Jemari Pena Si Penggiat

 

Dia adalah si penggiat

Mengepal rapat tiap jemari, menyamar tiap luka jari adalah makanannya setiap hari.

Senyum tipis membungkus rapi kertak giginya menahan luka takdir yang sangat tajam kebawah.

Dia mendongak bukan untuk mengeluh.

Dia menatap bukan untuk merintih.

Sekali lagi dia tidak pernah meragukan skenario epic dari Naskah cerita Sutradara.

Dia sadar penuh bahwa pemeran utama terpilih dari berbagai seleksi.


Dia adalah si penggiat

Menapak setiap langkah sendirian adalah sebuah keharusan.

Tulang yang lebih kuat dia jadikan anugerah istimewa.

Kepergian dari sosok panutan hidupnya memaksa dewasa hadir lebih cepat dari seharusnya.

Tertatih dan terjatuh tanpa lengan kokoh yang menopang.

Sekali lagi dia membiasakan diri dengan itu.


Dia adalah si penggiat

Yang memaknai takdir dengan kacamata berbeda

Segalanya memang telah ditentukan sang Khalik langit dan bumi

Namun jelas bahwa Sang Sabda memberi kehendak bebas

Bebas memilih dan menentukan ingin menjadi seperti apa pada akhir cerita

Sekali lagi dia memilih bersinar..


Dia hanyalah seorang penggiat...

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Rotan dan Besi

Belajar menjadi Transcriber

Rindu dan Kepergian