Tapak Bumi

 

Sinarnya perlahan terselip dibalik dedaunan yang bergeming seirama angin walau tanpa nada

Sebuah senyum yang terhalang tebalnya awan kelam hitam nan pekat seolah ingin bersapa

Kalimat berselubungkan kabut bak sekat dengan sudut menapak di ufuk timur

Kata apa yang ingin kau ucap untuk menghantar lelap  sang bulan?

Dia tidak pergi…

Meski pamitnya meninggalkan jejak rindu pada bintang dan telaga dengan riak sendu

Namun rindu menjadikan penantian tanpa kabar itu terasa indah dan murni karena bertanya kabar melalui bintang saat jarang sekali bertemu muka akan membuatmu sadar siapa yang paling setia

Tak perlu berlomba untuk saling mendahului sebab yang dibutuhkan adalah saling menutupi jejak, menyeimbangkan langkah lalu menyatukan tujuan agar arah mata cukup tenggara tanpa melirik utara

Lihatlah timur tak pernah iri terhadap barat yang berkilauan emas diufuk senja karena ia punya fajar yang menghapus jejak embun dan menguapi bumi agar hangat dan hidup

Berbesar hatilah,

Berlapang dadalah,

Pencipta selalu punya tujuan membuatmu pincang

Untuk hati yang angkuh karena merasa sempurna akan dihempaskan hanya dengan sentilan oleh-Nya

Semesta telah disisir lorong dan rawanya, tidak ada yang tersembunyi

Untukmu insan fana, teruslah menapak sambil menatap karena sejauh apapun angan yang ingin kau capai teruslah hirup aroma embun dan sari

Hanya dari situlah bumi memelukmu untuk terus menyadarkanmu bahwa kamu milik kepunyaannya


Jo


Comments

Popular posts from this blog

Rotan dan Besi

Belajar menjadi Transcriber

Rindu dan Kepergian