The Champion
Hal yang perlu diingat bahwa ini bukanlah kisah inspiratif, tentang bagaimana perjuangan seorang tertindas, yang bertahan hingga akhir lalu menjadi sukses. Sekali lagi ini bukanlah kisah clasic seperti itu. Yang ingin penulis sampaikan adalah bahwa ini hanyalah wadah baginya untuk menuangkan cerita perjalanannya yang masih tersimpan rapat dalam memorinya, dalam benaknya tentang apa saja yang telah dia lalui. jadi jika pembaca berharap bahwa arah cerita akan menuju pada kisah orang baik yang merangkak dari dasar dengan jarak antara wajah dan tanah berdebu setipis secarik kertas maka urungkanlah niat itu. Kisah seperti itu mungkin ada dibelahan dunia lain namun tidak di cerita ini. Ini hanyalah kisah dimana seseorang dengan buta ilmu dan pengalaman yang belajar memahami bagaimana memaknai setiap hal yang dia lalui. Dan sekali lagi, baik atau buruknya dia bisa ditentukan sendiri oleh pembaca setelah menyelesaikan cerita dalam tiap penggal paragrafnya karena pada dasarnya semua yang tercipta baik adanya, semua yang terjadi memiliki alasannya sendiri dan semua perlakuan dan kelakuan memiliki hubungan sebab akibat dan timbal baliknya sendiri.
***
Tidak banyak memori yang tersimpan pada seorang bocah dengan tingkat aktivitas yang sangat tinggi, entah itu untuk bermain dengan teman-teman sebaya saat di sekolah atau saat beraktivitas di rumah dengan semua aturan ini dan itu yang bahkan tidak semua tersimpan diotak mungilnya. sebagian besar ingatannya hanya pada beberapa hal yang mungkin berkesan baginya saat itu. Permainan kelereng, tergabung dalam tim atau kelompok memalak teman lain, bermain dan berenang saat pulang sekolah dan beberapa hal lain seperti aktivitas anak seumurannya. Semuanya itu hanya terjadi saat diluar rumah karena segalanya akan berubah saat kembali dalam area dan lingkungan rumah.
Hari-hari ia lalui dengan tidak memikirkan apapun karena sekali lagi dia masihlah seorang bocah dengan pikiran apa adanya, dengan rasa ingin tahu yang sangat tinggi. sebulan dua bulan ia lalui dengan penempaan ilmu pengetahuan dari paman dan bibinya (selaku orang tuanya) hingga tibalah waktunya untuk memasuki ujian catur wulan pertama baginya di kelas tahun pertamanya. Hal yang mungkin tidak diduga adalah ujian itu terasa sangat ringan dan biasa saja karena semua soal dan pertanyaan yang diujikan terasa mudah untuk dikerjakan. Semua itu sangat persis seperti yang diajarkan orang tuanya walaupun harus dengan rotan dan besi namun hasilnya dia menjadi juara I di kelasnya.
Catatan dan peringatan dari gurunya bahwa anak ini sangat nakal dikelas, sering menjahili teman kelasnya, sering dihukum menghadap tembok sehingga walaupun pintar, sikap dan perilaku harus diubah. Juara tidak menjadikannya raja yang penuh dengan pujian dirumah, catatan kotor dalam laporan hasil belajar menjadikan semuanya lenyap dan tidak ada artinya sehingga hukuman adalah hasil akhir yang sebenarnya. Seperti biasa, cambukkan rotan dan lidi mendarat untuknya, mendarat untuk mengubah watak dan pola pikir kampungan yang melekat dalam dirinya. Namun apalah artinya jika tujuan besar dalam tiap cambukan itu belum bisa dimaknai oleh bocah seumuran dia. Bahkan setiap hukuman itu seperti sudah menjadi jadwal tetap dalam kesehariannya karena baginya, setiap cambukan itu berakhir maka semuanya pun berakhir, jadi yang wajib ia lakukan hanyalah berusaha lebih kuat lagi dan bertahan lebih lama lagi dari perih rasa itu sebab saat berakhir, ia bisa tetap kembali makan dan menikmati tiap hidangan lezat buatan bibinya yang sudah ia panggil "mama".
***
The Champion bersambung disini...
See you in the Next Episode
Jo
Comments
Post a Comment